
Secara leksikal komunikasi
adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau
lebih. Sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Komunikasi
mempengatuhi perubahan perilaku, cara hidup kemasyarakatan, serta
nilai-nilai yang ada. Perubahan-perubahan tersebut tampaknya berbanding
lurus dengan perkembangan teknologi komunikasi.
Efektifitas komunikasi
menyangkut kontak sosial manusia dalam masyarakat. Ini berarti, kontak
dilakukan dengan cara yang berbeda-beda. Kontak yang paling menonjol
dikaitkan dengan perilaku. Selain itu, masalah yang menonjol dalam
proses komunikasi adalah perbandingan antara pesan yang disampaikan
dengan pesan yang diterima. Informasi yang disampaikan tidak hanya
tergantung kepada jumlah (besar atau kecil) akan tetapi sangat
tergantung pada sejauh mana informasi itu dapat dimengerti atau tidak.
Tujuannya adalah bagaimana mewujudkan komunikasi yang efektif dan
efisien.
Dalam perspektif Islam, komunikasi disamping
untuk mewujudkan hubungan secara vertical dengan Allah Swt, juga untuk
menegakkan komunikasi secara horizontal terhadap sesama manusia.
Komunikasi dengan Allah Swt tercermin melalui ibadah-ibadah fardhu
(salat, puasa, zakat dan haji) yang bertujuan untuk membentuk takwa.
Sedangkan komunikasi dengan sesama manusia terwujud melalui penekanan
hubungan sosial yang disebut muamalah, yang tercermin dalam semua aspek kehidupan manusia, seperti sosial, budaya, politik, ekonomi, seni dan sebagainya.
Soal cara (kaifiyah), dalam Al-Quran dan
Al-Hadits ditemukan berbagai panduan agar komunikasi berjalan dengan
baik dan efektif. Kita dapat mengistilahkannya sebagai kaidah, prinsip,
atau etika berkomunikasi dalam perspektif Islam. Kaidah, prinsip,
atau etika komunikasi Islam ini merupakan panduan bagi kaum Muslim
dalam melakukan komunikasi, baik dalam komunikasi intrapersonal,
interpersonal dalam pergaulan sehari hari, berdakwah secara lisan dan
tulisan, maupun dalam aktivitas lain.
Dalam berbagai literatur tentang komunikasi
Islam kita dapat menemukan setidaknya enam jenis gaya bicara atau
pembicaraan (qaulan) yang dikategorikan sebagai kaidah, prinsip, atau
etika komunikasi Islam, yakni (1) Qaulan Sadida, (2) Qaulan Baligha, (3)
Qulan Ma’rufa, (4) Qaulan Karima, (5) Qaulan Layinan, dan (6) Qaulan
Maysura.
1. QAULAN SADIDA
“Dan hendaklah takut kepada Allah
orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak
yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh
sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan Qaulan Sadida - perkataan yang benar” (QS. 4:9)
Qaulan Sadidan berarti pembicaran, ucapan,
atau perkataan yang benar, baik dari segi substansi (materi, isi, pesan)
maupun redaksi (tata bahasa). Dari segi substansi, komunikasi Islam
harus menginformasikan atau menyampaikan kebenaran, faktual, hal yang
benar saja, jujur, tidak berbohong, juga tidak merekayasa atau
memanipulasi fakta.
“Dan jauhilah perkataan-perkataan dusta” (QS. Al-Hajj:30).
“Hendaklah kamu berpegang pada kebenaran
(shidqi) karena sesungguhnya kebenaran itu memimpin kepada kebaikan dan
kebaikan itu membawa ke surga” (HR. Muttafaq ‘Alaih).
“Katakanlah kebenaran walaupun pahit rasanya” (HR Ibnu Hibban).
Dari segi redaksi, komunikasi Islam harus menggunakan kata-kata yang baik dan benar, baku, sesuai kadiah bahasa yang berlaku.
“Dan berkatalah kamu kepada semua manusia dengan cara yang baik” (QS. Al-Baqarah:83).
“Sesungguhnya segala persoalan itu berjalan menurut ketentuan” (H.R. Ibnu Asakir dari Abdullah bin Basri).
Dalam bahasa Indonesia, maka
komunikasi hendaknya menaati kaidah tata bahasa dan mengguakan kata-kata
baku yang sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
2. QAULAN BALIGHA
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah
mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu
dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka
Qaulan Baligha - perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.“ (QS An-Nissa :63).
Kata baligh berarti tepat, lugas, fasih, dan
jelas maknanya. Qaulan Baligha artinya menggunakan kata-kata yang
efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok
masalah (straight to the point), dan tidak berbelit-belit atau
bertele-tele. Agar komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang
disampaikan hendaklah disesuaikan dengan kadar intelektualitas komunikan
dan menggunakan bahasa yang dimengerti oleh mereka.
“Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar akal (intelektualitas) mereka” (H.R. Muslim).
”Tidak kami utus seorang rasul kecuali ia harus menjelaskan dengann bahasa kaumnya” (QS.Ibrahim:4)
Gaya bicara dan pilihan kata dalam berkomunikasi
dengan orang awam tentu harus dibedakan dengan saat berkomunikasi dengan
kalangan cendekiawan. Berbicara di depan anak TK tentu harus tidak sama
dengan saat berbicara di depan mahasiswa. Dalam konteks akademis, kita
dituntut menggunakan bahasa akademis. Saat berkomunikasi di media massa,
gunakanlah bahasa jurnalistik sebagai bahasa komunikasi massa (language
of mass communication).
3. QAULAN MA’RUFA
Kata Qaulan Ma`rufan disebutkan Allah dalam QS An-Nissa :5 dan 8, QS. Al-Baqarah:235 dan 263, serta Al-Ahzab: 32.
Qaulan Ma’rufa artinya perkataan yang baik,
ungkapan yang pantas, santun, menggunakan sindiran (tidak kasar), dan
tidak menyakitkan atau menyinggung perasaan. Qaulan Ma’rufa juga
bermakna pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan kebaikan
(maslahat).
“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum
sempurna akalnya[268], harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang
dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan
pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan
Ma’rufa kata-kata yang baik.” (QS An-Nissa :5)
“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir
kerabat, anak yatim dan orang miskin, Maka berilah mereka dari harta itu
(sekadarnya) dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan Ma’rufa- perkataan yang baik” (QS An-Nissa :8).
“Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu
dengan sindiran atau kamu Menyembunyikan (keinginan mengawini mereka)
dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka,
dalam pada itu janganlah kamu Mengadakan janji kawin dengan mereka
secara rahasia, kecuali sekadar mengucapkan (kepada mereka) Qaulan
Ma’rufa - perkataan yang baik…” (QS. Al-Baqarah:235).
“Qulan Ma’rufa - perkataan yang baik
dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu
yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha
Penyantun.” (QS. Al-Baqarah: 263).
“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita
yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam
berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya
dan ucapkanlah Qaulan Ma’rufa - perkataan yang baik.” (QS. Al-Ahzab: 32).
4. QAULAN KARIMA
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya
kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada
kedua orangtuamu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
seklai kali janganlah kamu mengatakan kepada kedanya perkatan ‘ah’ dan
kamu janganlah membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan
Karima - ucapan yang mulia” (QS. Al-Isra: 23).
Qaulan Karima adalah perkataan yang mulia,
dibarengi dengan rasa hormat dan mengagungkan, enak didengar,
lemah-lembut, dan bertatakrama. Dalam ayat tersebut perkataan yang mulia
wajib dilakukan saat berbicara dengan kedua orangtua. Kita dilarang
membentak mereka atau mengucapkan kata-kata yang sekiranya menyakiti
hati mereka. Qaulan Karima harus digunakan khususnya saat berkomunikasi
dengan kedua orangtua atau orang yang harus kita hormati. Dalam konteks
jurnalistik dan penyiaran, Qaulan Karima bermakna mengunakan kata-kata
yang santun, tidak kasar, tidak vulgar, dan menghindari “bad taste”,
seperti jijik, muak, ngeri, dan sadis.
5. QAULAN LAYINA
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan Qulan Layina - kata-kata yang lemah-lembut…” (QS. Thaha: 44).
Qaulan Layina berarti pembicaraan yang
lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar, dan penuh keramahan,
sehingga dapat menyentuh hati. Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, yang
dimaksud layina ialah kata kata sindiran, bukan dengan kata kata terus
terang atau lugas, apalagi kasar. Ayat di atas adalah perintah
Allah SWT kepada Nabi Musa dan Harun agar berbicara lemah-lembut, tidak
kasar, kepada Fir’aun. Dengan Qaulan Layina, hati komunikan (orang yang
diajak berkomunikasi) akan merasa tersentuh dan jiwanya tergerak untuk
menerima pesan komunikasi kita.
Dengan demikian, dalam komunikasi
Islam, semaksimal mungkin dihindari kata-kata kasar dan suara (intonasi)
yang bernada keras dan tinggi.
6. QAULAN MAYSURA
”Dan jika kamu berpaling dari mereka
untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya yang kamu harapkan, maka
katakanlah kepada mereka Qaulan Maysura - ucapan yang mudah.
Komunikasi merupakan terjemahan kata communication yang berarti perhubungan atau perkabaran. Communicate berarti memberitahukan atau berhubungan. Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio dengan kata dasar communis yang berarti sama. Secara terminologis, komunikasi diartikan sebagai pemberitahuan sesuatu (pesan) dari satu pihak ke pihak
lain dengan menggunakan suatu media. Sebagai makhluk sosial, manusia
sering berkomunikasi satu sama lain. Namun, komunikasi bukan hanya
dilakukan oleh manusia saja, tetapi juga dilakukan oleh makhluk-makhluk
yang lainnya. Semut dan lebah dikenal mampu berkomunikasi dengan baik.
Bahkan tumbuh-tumbuhanpun sepertinya mampu berkomunikasi. (QS. Al-Isra: 28).
Qaulan Maysura bermakna ucapan yang mudah, yakni mudah
dicerna, mudah dimengerti, dan dipahami oleh komunikan. Makna lainnya
adalah kata-kata yang menyenangkan atau berisi hal-hal yang
menggembirakan. Komunikasi dilakukan oleh pihak yang memberitahukan
(komunikator) kepada pihak penerima (komunikan). Komunikasi efektif
tejadi apabila sesuatu (pesan) yang diberitahukan komunikator
dapat diterima dengan baik atau sama oleh komunikan, sehingga tidak
terjadi salah persepsi.
UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif kita perlu memahami unsur-unsur komunikasi, antara lain:
1. Komunikator
Pengirim (sender) yang mengirim
pesan kepada komunikan dengan menggunakan media tertentu. Unsur yang
sangat berpengaruh dalam komunikasi, karena merupakan awal (sumber)
terjadinya suatu komunikasi
2. Komunikan
Penerima (receiver) yang menerima pesan dari komunikator, kemudian memahami, menerjemahkan dan akhirnya memberi respon.
3. Media
Saluran (channel) yang digunakan
untuk menyampaikan pesan sebagai sarana berkomunikasi. Berupa bahasa
verbal maupun non verbal, wujudnya berupa ucapan, tulisan, gambar,
bahasa tubuh, bahasa mesin, sandi dan lain sebagainya.
4. Pesan
Isi komunikasi berupa pesan (message)
yang disampaikan oleh Komunikator kepada Komunikan. Kejelasan
pengiriman dan penerimaan pesan sangat berpengaruh terhadap
kesinambungan komunikasi.
5. Tanggapan
Merupakan dampak (effect) komunikasi sebagai respon atas penerimaan pesan. Diimplentasikan dalam bentuk umpan balik (feed back) atau tindakan sesuai dengan pesan yang diterima.
FUNGSI DAN MANFAAT KOMUNIKASI
Dengan berkomunikasi, insya Allah,
kita dapat menjalin saling pengertian dengan orang lain karena
komunikasi memiliki beberapa fungsi yang sangat penting, di antaranya
adalah:
1. Fungsi informasi. Untuk memberitahukan sesuau (pesan) kepada pihak tertentu, dengan maksud agar komunikan dapat memahaminya.
2. Fungsi ekspresi. Sebagai wujud ungkapan perasaan / pikiran komunikator atas apa yang dia pahami terhadap sesuatu hal atau permasalahan.
3. Fungsi kontrol. Menghindari
terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan, dengan memberi pesan berupa
perintah, peringatan, penilaian dan lain sebagainya.
4. Fungsi sosial. Untuk keperluan rekreatif dan keakraban hubungan di antara komunikator dan komunikan.
5. Fungsi ekonomi. Untuk keperluan transaksi usaha (bisnis) yang berkaitan dengan finansial, barang dan jasa.
6. Fungsi da’wah. Untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan dan perjuangan bersama.
Banyak manfaat yang dapat peroleh dengan berkomunikasi secara baik dan efektif, di antaranya adalah:
1. Tersampaikannya gagasan atau pemikiran kepada orang lain dengan jelas sesuai dengan yang dimaksudkan.
2. Adanya saling kesefamanan antara komunikator dan komunikan dalam suatu permasalahan, sehingga terhindar dari salah persepsi.
3. Menjaga hubungan baik dan silaturrahmi dalam suatu persahabatan, komunitas atau jama’ah.
4. Aktivitas ‘amar ma’ruf nahi munkar di antara sesama umat manusia dapat diwujudkan dengan lebih persuasif dan penuh kedamaian.
PEDOMAN DALAM BERKOMUNIKASI
Komunikasi yang baik adalah komunikasi
dimana pesan-pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik tanpa
menimbulkan perasaan negatif. Ada beberapa pedoman untuk menjalin
komunikasi yang baik, yaitu antara lain:
1. Berkomunikasi dengan berpedoman pada nilai-nilai Islam.
2. Setiap situasi komunikasi mempunyai keunikan.
3. Kunci sukses komunikasi adalah umpan balik.
4. Komunikasi bersemuka adalah bentuk komunikasi yang paling efektif.
5. Setiap pesan komunikasi mengandung unsur informasi sekaligus emosi.
6. Kata adalah lambang untuk mengekspresikan pikiran atau perasaan yang terbuka untuk ditafsirkan.
7. Semakin banyak orang yang terlibat, komunikasi semakin kompleks.
8. Dapat terjadi gangguan dalam penyampaian pesan komunikasi.
9. Perbedaan persepsi mengganggu keefektifan sampainya pesan.
10. Orang berkomunikasi sesuai dengan situasi komunikasi yang diharapkannya.
SIKAP DALAM BERKOMUNIKASI
Ada beberapa sikap yang perlu dicermati oleh seseorang dalam berkomunikasi, khususnya komunikasi verbal, yaitu antara lain:
1. Berorientasi pada kebenaran (truth).
2. Tulus (sincerity).
3. Ramah (friendship).
4. Kesungguhan (Seriousness).
5. Ketenangan (poise).
6. Percaya diri (self convidence).
7. Mau mendengarkan dengan baik (good listener)
TEKNIK BERKOMUNIKASI SECARA EFEKTIF
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa komunikasi efektif tejadi apabila suatu pesan
yang diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik atau sama
oleh komunikan, sehingga tidak terjadi salah persepsi. Karena itu, dalam
berkomunikasi, khususnya komunikasi verbal dalam forum formal, diperlukan langkah-langkah yang tepat. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Memahami maksud dan tujuan berkomunikasi.
2. Mengenali komunikan (audience).
3. Berorientasi pada tema komunikasi.
4. Menyampaikan pesan dengan jelas.
5. Menggunakan alat bantu yang sesuai.
6. Menjadi pendengar yang baik.
7. Memusatkan perhatian.
8. Menghindari terjadinya gangguan.
9. Membuat suasana menyenangkan.
10. Memanfaatkan bahasa tubuh dengan benar.
Maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam perspektif Islam memiliki enam
jenis gaya bicara atau pembicaraan (qaulan) yang dikategorikan sebagai
kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam, yakni (1) Qaulan Sadida,
(2) Qaulan Baligha, (3) Qulan Ma’rufa, (4) Qaulan Karima, (5) Qaulan
Layinan, dan (6) Qaulan Maysura.
IV. TANGGAPAN PENULIS
Dalam perkembangannya,
komunikasi ini mulai menjadi suatu disiplin ilmu yang mesti kita
pelajari, karena dalam mengarungi romantika kehidupan ini kita tidak
akan terlepas dari interaksi antar sesama, dan interaksi antar sesama
itu tercermin dalam komunikasi. Komunikasi yang efektif adalah
komunikasi yang apabila suatu pesan yang diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik atau sama oleh komunikan, sehingga tidak terjadi salah persepsi.
Berangkat
dari penilaian pribadi penulis, bahwa saat ini masih banyak orang yang
belum memaksimalkan kemampuan komunikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Baik berkomunikasi dengan Tuhan (Horizontal) maupun dengan sesama
(Vertikal). Oleh karena itu, sangatlah penting bagi kita untuk
mempelajari dan meningkatkan kembai kemampuan berkomunikasi kita agar
dalam menjalani hidup ini kita bisa berada dalam suatu keharmonisan yang
sejatinya itu dimiliki oleh kita semua sebagai Insan Allah yang mulia.
Sedang berusaha keras mempraktekan Qaulan Layyina :D....mohon doanya mimin blog CatSis :D